Terlalu terus terang atau terlalu jujur? Saya nggak akan ngomong detil soal musik atau grup musik karna saya bukan seorang pengamat musik pro. Tapi saya adalah salah satu penikmat musik yang sudah frustasi dengan musik negeri ini. Semua makin memuncak setelah kemunculan wabah K-Pop.
![]() |
Gambaran Boyband versi Mice |
Setelah beberapa musisi kita "kepergok" dengan hasil karya jiplakan dan maraknya kemunculan musisi-musisi kelas rendahan, plus performance lip sync yang mulai membudaya, sekarang muncul lagi yang namanya Girl Band dan Boy Band.
Dalam hati saya bertanya, "apa bagusnya mereka?" Kombinasi testosteron, wajah rupawan, musik re-mix, dance letoy, lip sync? Jujur, di mata saya mereka lebih cocok jadi instruktur senam!
Ironis memang, kapitalisme industri musik kini sangat kentara. Mereka lebih condong ke kuantitas ketimbang kualitas, akhirnya semakin banyak muncul grup-grup baru yang (mungkin) isinya adalah kenalan atau saudara-saudari mereka sendiri.
Sempat terpikir, mungkin saya bisa kaya dengan menjadi manager boy / girl band. Caranya? Gampang, cukup dengan mengumpulkan 5 gadis cantik ditambah adanya relasi ke dalam industri musik, saya bisa terkenal! Soal bikin lagu dan rekaman gampaaang. Toh yang penting paha mereka keliatan.
Menyedihkan memang, begitu banyaknya musisi yang benar-benar berbakat "di luar sana" dan tidak terekspos bahkan terkesan diacuhkan karena dipandang tidak menjual. Sehingga harapan anak-anak muda (terutama di daerah) menjadi musisi terkenal tak lebih dari sekedar mimpi.
Yang terjadi akhirnya hanya "pembodohan" karena tak akan pernah ada Westlife atau Backstreet Boys di Indonesia. Sejarah sudah membuktikan: boy band / girl band itu grup temporer, mereka tidak akan bertahan lama. Lihat saja, mereka akan segera pecah atau bubar. Hanya satu dua dari mereka yang tetap populer.
Jadi, masihkah kalian akan berteriak histeris?
Comments
Post a Comment
Terimakasih atas komentarnya.
Terimakasih untuk tidak memasang link aktif.