Skip to main content

Permainan Masa Kecil (Bag. 1): Cik Mancik

Main Cik Mancik
Cik Mancik
Kali ini gue mau bercerita tentang salah satu jenis permainan waktu kecil. Tumbuh di era 90an, jangan bayangkan gue dan teman-teman seperti bocah sekarang yang udah nenteng gadget atau ke warnet. Bocah era 90an sangat akrab dengan lapangan dan lingkungan mereka buat bermain.

Salah satu permainan yang biasa gue mainkan bareng teman-teman dulu bernama "cik mancik" atau lebih umum dikenal dengan petak umpet. Dari segi nama, sebenarnya rada absurd, sebab "cik mancik" sendiri berarti cik (kotoran) dan mancik (tikus). Entah siapa pencetus nama ini.

Aturan Main
Aturan mainnya simple aja, seperti petak umpet kebanyakan. Satu pemain yang menjadi "pencari" musti nyari teman-temannya yang sembunyi. Buat nentuin siapa yang jadi pencari dilakukan lewat hompimpah. Udah tau kan caranya hompimpah? "Hompimpah alaium gambreng!".

Selanjutnya si pencari (kami nyebutnya 'yang jadi', kalau daerah lain biasanya 'yang jaga') menghitung kelipatan 10 sambil nutupin matanya pada sebuah bookmark (bisa berupa tiang, pondasi pagar, pohon) sementara yang lain ngacir nyari persembunyian mereka. 

Buat nentuin kelipatan hitungan, dilakukan dengan cara nyentuh kepala belakang 'yang jadi' tadi dengan satu jari salah seorang teman. Nah, dia musti nebak jari yang mana. Satu kesalahan bernilai 10. 

Jika bisa nemuin temannya, tugasnya nggak langsung selesai, dia masih harus adu cepat dengan temannya itu buat nyentuh bookmark. Yang jadi pas nyentuh bookmark: nyebutin nama teman, yang ngejar: bilang cik mancik. Jadi bakal ada adegan kejar-kejaran. 

Kalo pemain lain yang berhasil nyentuh bookmark duluan walau dia ketahuan (menang kejar-kejaran), maka posisinya aman diputaran berikutnya. Kalo yang ketangkep lebih dari dua, maka 'yang jadi' ditentuin pake hompimpah, kalo dua ditentukan dengan suit, satu otomatis dia langsung jadi.

Berlarian dengan serunya
Berlarian dengan serunya
Keseruan
Nah, kenangan akan serunya permainan ini jelas jadi yang tak terlupakan. Teknik kamuflase kami dulu kalau diingat lucu-lucu. Memanjat atap, pohon, tiang, masuk selokan, jadi batu, jadi ninja, jadi jemuran, jadi ban serap atau jadi rumput yang bergoyang. Hahahaha!! 

Kadang buat sembunyi kami harus masuk teras rumah orang diam-diam, kalo beruntung, kami ketahuan ama yang punya rumah lalu diusir dan langsung ketangkep. Tapi seingat gue, jarang sekali kami diusir. Rasanya, orang dulu baik-baik semua.

Keseruan lainnya pas adegan kejar-kejaran. Kadang, jika yang jadi ini dikenal lambat, yang lain nggak usah repot sembunyi, cukup tunggu di balik tembok. Esensi permainan pun berubah dari sembunyi dan cari, jadi sembunyi dan lari.

Banyak lagi kelucuan lain yang kalau diingat bikin gue senyum-senyum sendiri, contohnya pas gue sembunyi di pohon cabe, tapi nggak kelihatan ama teman yang jadi. Atau ada juga seorang teman yang sempat-sempatnya pulang untuk makan.

Gue akan terus ingat dan semoga teman-teman masa kecil gue juga masih mengingatnya. Dimana pun mereka kini, cuma mau bilang "masa kecil kita bahagia, kawan".

Credit to all my childhood friends.

Comments

Popular posts from this blog

Apa Itu Fans Karbitan?

Apa sih maksudnya fans karbitan? Fans yang berprofesi sebagai tukang las kah? Hahahaha, tentu bukan. Fans karbitan adalah fans yang tidak memiliki kesetiaan atau fans yang muncul disaat senang dan menghilang disaat susah. Logo resmi fans karbitan versi Liga Primer Fans karbitan tak selalu buta sepak bola (terutama klub dukungannya), tapi yang jelas mereka adalah tipikal yang mau enaknya saja, jadi fans pun hanya karena ingin eksis. Mereka juga bukan pecinta sepakbola netral yang bisa saja tidak menjadi fans tim / klub tertentu. Berikut adalah 7 indikator fans karbitan: 1). Glory Hunter  (25%) Setiap fans biasanya memang lahir dari masa kejayaan klub. Jadi, jika klub dukungannya sedang berjaya, sulit untuk memvonis dia sebagai karbitan. Yang terpenting dan yang menjadi elemen utama adalah loyalitas, yaitu disaat klub mengalami masa sulit, dukungannya tetap ada.  2). Mendukung lebih dari satu klub disatu kompetisi   (25%) Mengaku fans lebih dari satu klu

Beda Banci, Bencong, Waria dan Gay

Ini adalah postingan paling bikin "geli" yang pernah saya tulis. Berhubung sejak era globalisasi fenomena invasi makhluk-makhluk non mitologi ini semakin marak dan cukup mengkhawatirkan, akhirnya saya beranikan juga jari-jari ini untuk terus mengetik. Semoga hasil tulisan ini layak baca dan tidak kena RUU Pornografi atau saya nggak di demo ama mereka, hihihihi!! 1. Banci Mereka adalah sosok makhluk yang terlahir dengan jenis kelamin laki-laki pada akta kelahiran, tapi sayangnya akta tidak menuliskan kalau naluri mereka perempuan. Ya, tampilan luar mereka seperti laki-laki tapi pembawaannya gemulai seperti perempuan, sekalipun mereka mengaku laki-laki. Banci bukanlah bencong yang biasa diuber Satpol PP di taman kota, mereka ini biasanya beredar di hotel, salon-salon atau butik dan jangan salah, mereka ini banyak juga yang elit loh... Ciri berpakaian ( ga patokan sih ): kemeja transparan dan celana kulit ketat, terlihat macho? Bagaimana jika dipadukan dengan highheels ? 2.

Puddle Of Mudd - Blurry

Lagu yang satu ini benar-benar menyentuh banget buat saya. Genre rock tentu sudah menjadi prasyarat disamping musik yang sedikit balad membuat lagu ini semakin gelap dan berkesan untuk diresapi. Puddle of Mudd - Blurry .Lagu ini bercerita tentang perpisahan dengan orang yang dicintai dan meninggalkan rasa sakit yang teramat dalam.