Pas nulis judulnya saya sendiri langsung mikir "berat nih...". Oke, sebelumnya mau bilang saya ini bukan psikolog atau sosiolog jadi kalau kamu anggap baca tulisan gak berbobot ini cuma buang waktu, please...tinggalin aja. Tapi kalo kamu punya waktu untuk dibuang-buang, monggo lanjut baca.
Saat ini lagi booming (walau saya ga ngerasa gitu...) istilah mainstream dan hipster. Yang unik, keduanya seolah-olah berantonim satu sama lain. Apa memang demikian? Hmmm...
Hipster menurut penelusuran Google (hahaha!! malu`) adalah sebutan untuk kaum sub-kultural. Identik dengan gaya dan cara yang berbeda dari yang ada kebanyakan atau yang kebanyakan ada. Hadoh ribet, gini aja deh..., maksudnya kaum yang gak mau ngikutin pasaran gitulah.
Sementara mainstream sebaliknya, adalah sesuatu yang pasaran, umum, lagi trend, booming, dan sejenisnya. Pokok e kebalikannya hipster. Lalu apa hubungannya hipster dan mainstream dalam ruang lingkup sosial khususnya anak muda?
Komik Santay |
Nah, disini nih masalahnya. Saya sendiri gak bisa menafsirkan sebab defenisi akhirnya bisa ambigu. Itulah keunikan fenomena sosial. Saya cuma menyingkap. Karena singkap menyingkap adalah salah satu keahlian saya sejak SD.
Dari beberapa artikel yang saya baca mengenai istilah (gaya) hipster dan mainstream anak muda, didapat beberapa contoh pembeda bagi keduanya. Sebagai gambaran, berikut contohnya:
- Fashion. Lagi trend baju model X, maka kaum mainstream gak bakal mau ketinggalan buat ngikutin, pokonya ikut pasar-lah. Kaum hispter biasanya lebih suka membuat stylenya sendiri atau memakai merk terkenal yang ga semua orang punya atau mampu beli (sadis!)
- Teknologi. Ini nih yang paling gampang ke detect. Contoh, fenomena pemakai handphone BB (Buk Beri) atau tablet segede tv plasma. Kaum hipster, biasanya lebih ke fungsional atau malah pakai merek asing. Asing disini maksudnya bukan ekspor tapi bener-bener asing! Lagian, ga ada juga hape merek lokal, hahahaha!!
- Kendaraan. Saat sebuah merek sudah terlalu banyak wara wiri kesana kemari..., maka disanalah para hipster akan bereaksi. Mereka lebih memilih merek lain sekalipun ga populer. "Biar pun begitu, 5 taon lagi, dikampung ini cuma gua doank yang punya!" begitu prinsipnya.
- Musik. Jangan harap para hipster akan nongkrong di tipi buat nonton acara musik yang diputar tiap hari pagi-pagi di tv swasta itu. Mereka lebih baik dengerin radio atau datang ke giggs atau malah ke ballroom hotel buat nonton konser VIP musisi kelas dunia.
- Keharusan. Kaum mainstream: selalu ingin ikut trend. Kaum hipster: selalu ingin beda / ekslusif.
- Pantangan. Kaum mainstream: ketinggalan trend. Kaum hispter: keseragaman.
- Mainstream: realis. Hipster: idealis.
Menjadi ironi, saat kaum mainstream atau pun hipster ini terkadang terlalu memaksakan diri sehingga akhirnya lahirlah poser-poser sejati dengan barang KW dan idealisme KW nya.
Kamu yang mengkontrol pasar, atau pasar yang mengkontrol kamu.
Pada akhirnya, mainstream atau pun hipster bukanlah sesuatu hal yang penting untuk dipergunjingkan, sehingga terbuang sudah waktumu sia-sia membaca post ini. Siapapun kamu bukan masalah, selama kamu nyaman dan membuat nyaman orang-orang disekitarmu.
Well, apakah perumpamaan saya soal mainstream dan hipster salah? Jika salah berarti saya berhasil!
Thanks...Info na ! Good Luck...
ReplyDeleteapa blogger juga mainstream?
ReplyDeletePercuma jadi mainstream atopun hipster, kalo ujung2nya masih teuteup jombloo.. Hahahahaha
ReplyDeleteT_T ane jomblo
Deleteadmin, saya boleh ikut numpang lewat di sini ya?
Deletemenurut saya pandangan hidup tentang pasangan juga bisa digolongkan ke mainstream/hipster wkwk. kenapa? pengen punya pacar? aih, mainstream banget. yang jadi jiwa baja donk, no pasangan no cry hahahhah. gw bisa apa2 sendiri. ada orang tua, ada temen, cinta yang dikasih ke gw sangat berlimpah. besok kalo udah siap nikah deh baru boleh galau2 cari lawan jenis, wkwkkwkwk
Tar lama kelamaan jadi normal (straight) dikatain mainstream wkwkwk. Bener dibagian terakhir, yg penting nyaman buat org lain mau lo kayak gimana orangnya
ReplyDeletekata Steve Jobs mah, ikuti intuisi dan kata hatimu
ReplyDeletesama aja ya ujung-ujungnya haha.. :-)
ReplyDeletenice inpo, mudah dimengerti penjelasannnya
ReplyDeletewww.travellingaddict.blogspot.com
thank's gan infonya
ReplyDeletekalu saya milih mainstream aja, krn menjadi hipster udah terlalu mainstream hahah.
ReplyDeleteperumpaaan yang bagus sekali
ReplyDeletegan gua mau tanya ... gimana kalo misalkan hipster itu udah mulai mainstream wkwkwk :v
ReplyDeleteNah, suka sekali komennya, emang kadang bisa gitu bro. Pada masa jayanya dia adalah sesuatu yang mainstream, setelah masa jayanya habis jadi hipster, lalu booming lagi dan mainstream lagi. Contoh paling gampang: batu akik.
DeleteWeeeh kerenn.. inpo nya... (h)
ReplyDeletethanks lah,, ats inpo nya..
ane hipster apa mainstream yah? :D
ReplyDeletekayaknya utk fashion hipster ngga musti mahal deh, tapi memadu-padankan baju yang nggak biasa, mungkin bisa pake bandana utk yg cewek (kalo mau hiasan di kepala), kemudian baju/jaket tipis yang melewati bokong, terus kaos yang tulisannya oke2, atau pake kaos one soulder, lebih enak dilihat aja rasanya. tapi itu menurut saya ya.
ReplyDeleteutk yg laki apa ya? kurang ikutin kalo utk yg laki, lgpula kl laki dandanan ga neko2 malah lebih keren.
btw kalo saya sih nggk tau bisa digolongkan ke hipster atau bukan, yang jelas saya anti mainstream, selalu ikutin kata hati aja, abisnya mode2 cewek sekarang mah rasanya kayak nggak terlalu nyaman dipake. cewek2 pake sepatu hak tinggi, wedges, terus kmrn pernah heboh sama sepatu crocks, kayaknya mereka cuma mengenakan itu semua utk bersaing aja gitu sama temen2 lain.
hehehe...kan itu contohnya, sebelumnya kan jg udah ditulis akan membuat stylenya sendiri, klo cewe sih jangan ditanya lagi soal fashion.
Deleteterimakasih atas tanggapannya.